HADITS DHA'IF DAN MAUDHU'

Kamis, 19 Maret 2009

Hadits Tentang Lelah Dalam Mencari Rezeki Yang Halal

"Sesungguhnya Allah suka melihat Hamba-Nya yang lelah dalam mencari rezeki yang halal."

Riwayat hadits tersebut maudhu'. Diriwayatkan oleh Abu Manshur ad-Dailami dalam musnad al-Firdaus, dari hadits Ali ra. secara marfu'.
Al-Hafidz al-Iraqi mengatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sahl al-Aththar. Ad-Daruquthni mengatakan bahwa ia (al-Aththar) adalah pemalsu hadits.
Al-Albani berkata, "ini adalah salah satu hadits maudhu' yang menodai imam Suyuthi dalam kitabnya al-Jami'ush Shaghir karena ia menyalahi janji yang ditulisnya dalam mukadimah kitabnya tadi. Semoga Allah mengampuninya dan mengampuni dosa kita semua. Amin!"

Hadits Tentang Kakek Bagi Orang Yang Bertakwa

"Aku adalah kakek bagi setiap orang yang bertakwa."

Riwayat tersebut tak ada sumbernya. Al-Hafidz as-Suyuthi ketika ditanya tentang riwayat tersebut menjawab, "aku tidak mengetahuinya." Pernyataan tersebut diungkapkan dalam kitab al-Hawi lil-Fatawa II/89.

Periwayat Hadits Dha'if Dan Maudhu' - M

- Maula Umar bin Abdul Aziz
Al-Albani berkata, "maula (hamba sahaya) Umar bin Abdul Aziz adalah majhul (tidak dikenal/tidak diketahui riwayatnya)."
Hadits yang diriwayatkannya di antaranya adalah : hadits tentang beramal untuk dunia dan akhirat.

- Muhammad bin Sahl al-Aththar
Ad-Daruquthni menyatakan bahwa ia (al-Aththar) adalah pemalsu hadits.
Hadits yang diriwayatkannya di antaranya adalah : hadits tentang lelah dalam mencari rezeki yang halal.

Rabu, 18 Maret 2009

Hadits Tentang Beramal Untuk Dunia Dan Akhirat

"beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok."

Sekalipun riwayat di atas sangat masyhur dan hampir setiap orang mengutipnya, tetapi sanadnya tidak ada yang marfu'. Bahkan syaikh Abdul Karim al-Amri tidak mencantumkannya dalam kitabnya al-Jaddul-Hatsis fi Bayanni ma laysa bi Hadits.

Al-Albani berkata, "saya telah mendapatkan sumber dengan sanad yang mauquf (pada shahabat) yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab Gharibul-Hadits I/46, dengan matan "ihrits lidunyaaka..." dan seterusnya. Juga saya dapatkan dalam riwayat Ibnu Mubarak pada kitab az-Zuhud II/28 dengan sanad lain yang juga mauquf dan munqathi' (tidak bersambung)."

Ringkasnya, riwayat hadits tersebut dha'if karena adanya dua penyakit dalam sanadnya. Pertama, majhulnya (asingnya) maula (budak/pengikut) Umar bin Abdul Aziz sebagai salah satu perawi sanadnya. Kedua, dha'ifnya pencatat bagi Laits yang bernama Abdullah bin Shaleh, yang juga merupakan perawi sanad dalam riwayat ini.


Sabtu, 14 Maret 2009

Hadits Tentang Menyekutukan Allah Dan Merugikan Orang Lain

"Dua hal janganlah anda dekati, menyekutukan Allah dan mengganggu (merugikan) orang lain."

Al-Albani berkata, "riwayat tersebut tidak ada sumbernya. Memang ia sangat masyhur dan menjadi pembicaraan dengan lafazh yang demikian. Namun, saya tidak mendapatkannya dalam kitab-kitab sunnah. Barangkali riwayat itu berasal dari kitab Ihya Ulumuddin karangan imam al-Ghazali II/185, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Dua hal yang tidak ada suatu kejahatan yang melebihinya, yaitu menyekutukan Allah dan memudharatkan (mengganggu) hamba-hamba Allah. Dan dua hal yang tidak ada kebaikan yang melebihinya, yaitu iman kepada Allah dan memberi manfaat kepada hamba Allah."
Hadits tersebut tidak ada dan tidak diketahui sumbernya. Al-Iraqi dalam merinci riwayat tersebut mengatakan, "riwayat tadi telah dipaparkan oleh penulis kitab al-Firdaus dari hadits Ali sedang anaknya tidak menyandarkannya dalam musnadnya. Karena itu, as-Subuki menyatakan bahwa apa yang tercantum dalam Ihya riwayatnya tidak bersanad."

Hadits Tentang Debu Menyebabkan Penyakit Asma

"Hindarilah debu, karena darinyalah timbulnya penyakit asma."

Al-Albani berkata, "saya tidak mengetahui sumber hadits yang disebutkan oleh Ibnu Atsir dalam kitab an-Nihayah pada maddah nasama tersebut seraya mengatakannya sebagai hadits. Namun, saya tidak mendapati ia menyebutkan sumber aslinya secara marfu' (sampai sanadnya pada Rasulullah SAW)."
Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat al-Kubra VIII/198 meriwayatkan bahwa Abdullah bin Shaleh al-Mashri berkata, dari Harmalah bin Imran apa yang diceritakan kepada mereka oleh Ibnu Sindir pengikut (budak) Rasulullah SAW. Ia berkata, "Suatu saat datanglah Amr bin al-Ash sedangkan Ibnu Sindir telah bersama sekelompok orang. Tiba-tiba orang yang bergerombol bermain-main menebarkan debu ke udara. Amr kemudian mengeluarkan imamah (surban) nya seraya menutupi hidungnya dan berkata, 'hati-hatilah kalian terhadap debu karena itu merupakan suatu yang paling gampang masuknya dan paling sulit keluarnya. Bila debu telah masuk menembus paru-paru, maka timbullah penyakit asma."
Jadi, di samping riwayat tersebut mauquf (terhenti sampai kepada shahabat), juga sanadnya tidak shahih. Alasannya :
  1. Ibnu Sa'ad hanya menyandarkan riwayat tersebut tanpa menyebutkan kaitan antara dia dengan Abdullah bin Shaleh,
  2. Ibnu Shaleh itu lemah. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah,
  3. Kaitan antara Harmalah dengan Ibnu Sindir tidak dijelaskan, karena itu dikategorikan sebagai majhul.

Periwayat Hadits Dha'if Dan Maudhu' - A

- Abdullah bin Sa'ad ar-Raqi
Al-Albani berkata, "dia adalah seorang pendusta". Ad-Daruquthni menyatakannya sebagai pendusta seraya berkata, "dia adalah pemalsu hadits."
Hadits yang diriwayatkannya di antaranya : hadits tentang orang yang meninggalkan sesuatu untuk Allah.

- Abdullah bin Shaleh al-Mashri
Gurunya : Harmalah bin Imran.
Dia adalah pencatat bagi Laits. Ibnu Shaleh adalah perawi dha'if. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah.
Hadits yang diriwayatkannya di antaranya : hadits tentang debu menimbulkan penyakit, hadits terkenal tentang beramal untuk dunia dan akhirat.

Hadits Tentang Orang Yang Meninggalkan Sesuatu Untuk Allah

"Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu untuk Allah dan ia tidak meninggalkannya kecuali karena Allah kecuali Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya dalam urusan agama serta keduniaannya,"

Hadits tersebut maudhu'.

Abu Naim telah mengutarakannya dalam kitab Huliyyatul-Auliya II/196, kemudian ia berkata, "Itu hadits gharib (asing)."

Al-Albani berkata, "Saya sendiri pernah mendengar kata-kata tersebut diutarakan oleh seorang tokoh yang tengah mengisi acara di radio Damaskus pada bulan Ramadhan. Menurut saya, sanadnya maudhu' (palsu) sebab yang sesudah az-Zuhri tidak disebutkannya sama sekali dalam kitab-kitab hadits selain Abdullah bin Sa'ad ar-Raqi dan dia dikenal sebagai pendusta. Ad-Daruquthni menyatakannya sebagai pendusta seraya berkata bahwa dia adalah pemalsu hadits."

Kamis, 12 Maret 2009

Hadits Tentang Hukum Berbicara Dalam Masjid

"Berbincang-bincang dalam masjid itu menggerogoti pahala-pahala seperti binatang ternak memakan rerumputan."

Al-Ghazali meriwayatkannya dalam kitab Ihya Ulumuddin I/136.
Al-Albani berkata, "hadits di atas tidak ada sumbernya." Al-Hafidz al-Iraqi menyatakan, "saya tidak mendapatkan sumber aslinya." Sedangkan Abdul Wahhab Taqiyuddin as-Subuki dalam kitab Tabaqat asy-Syafi'iyyah IV/145-147 mengatakan dengan tegas, "saya tidak mendapatkan sanadnya."

Hadits Tentang Keteguhan Niat

"Himmah (keteguhan niat) laki-laki dapat meluluhkan (menyingkirkan) gunung-gunung."

Ini bukanlah hadits. Syaikh al-Ajluni dalam kitab Kasyful-Khafa berkata, "saya tidak menyatakannya sebagai hadits. Namun, ada sebagian ulama yang meriwayatkan dari syaikh Ahmad al-Ghazali bahwa ia mengatakan kalau Rasulullah SAW telah bersabda 'Himmatur Rijaali taqla'ul jibaala."
Al-Albani berkata, "saya telah merujuk dan meneliti seluruh kitab sunnah, namun tidak saya dapati perkataan ini di dalamnya. Adapun apa yang diutarakan oleh Syaikh Ahmad al-Ghazali tentang hadits tersebut tidaklah dapat dibuktikan dan tidak pula dibenarkan sebab ia tidak termasuk pakar hadits. Namun, ia seperti saudara kandungnya yakni Muhammad al-Ghazali, termasuk fuqaha sufi. Dalam Ihya Ulumuddin ia memang banyak mengutarakan hadits dan menisbatkannya kepada Rasulullah SAW, tetapi oleh al-Hafizh al-Iraqi dan lainnya dinyatakan tidak ada sumber asalnya (tidak shahih)."

Daftar Pustaka - Buku

  1. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, "Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu", jilid 1, Gema Insani Press, cetakan IV, tahun 1408 H - 1988 M.

Rabu, 11 Maret 2009

Hadits Tentang Shalat Yang Tidak Mencegah Perbuatan Keji Dan Munkar

"Barangsiapa shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka ia tidak menambah sesuatupun dari Allah SWT kecuali kejauhan."

Dari segi sanad, telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir, al-Qudha'i dalam kitab Musnad asy-Syihab II/43, Ibnu Hatim dalam Tafsir Ibnu Katsir II/414 dan kitab al-Kawakib ad-Darari I/2/83, dari sanad Laits, dari Thawus, dari Ibnu Abbas r.a.
Al-Albani berkata, "hadits tersebut bathil. Walaupun hadits tersebut sangat dikenal dan sering menjadi pembicaraan, namun sanad maupun matannya tidak shahih." Ringkasnya, hadits tersebut sanadnya tidak shahih sampai Rasulullah SAW, tetapi hanya mauquf (berhenti) sampai kepada Ibnu Mas'ud r.a. dan merupakan ucapannya dan juga hanya sampai pada Ibnu Abbas r.a.. karena itu, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Kitabul-Iman halaman 12 tidak menyebut-nyebutnya kecuali sebagai riwayat mauquf yang hanya sampai kepada Ibnu Mas'ud dari Ibnu Abbas r.a.
Di samping itu, matannya pun tidak shahih sebab zahirnya mencakup siapa saja yang mendirikan shalat dengan memenuhi syarat rukunnya. Padahal, syara' tetap menghukuminya sebagai yang benar atau sah, kendatipun pelaku shalat tersebut masih suka melakukan perbuatan yang bersifat maksiat. Jadi, tidaklah benar bila dengannya (yakni shalat yang benar) justru akan makin menjauhkan pelakunya dari Allah SWT. Ini sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak perlu dibenarkan dalam syariat. Karena itu, Ibnu Taimiyah mentakwilkan kata-kata "tidak menambahnya kecuali jauh dari Allah" jika yang ditinggalkannya itu merupakan kewajiban yang lebih agung dari yang dilakukannya. Dan ini berarti pula pelaku shalat tadi meninggalkan sesuatu sehingga shalatnya tidak sah, seperti rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Kemudian, tampaklah bukan shalat yang demikian (yakni yang sah dan benar menurut syara') yang dimaksud dalam hadits mauquf tadi.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hadits tersebut adalah dha'if baik dari segi sanad maupun matannya. Wallahu a'lam bishshawab.

Hadits Tentang Agama Adalah Akal

"Agama adalah akal. Siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya."

Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dari Abi Malik Basyir bin Ghalib.
An-Nasa'i berkata, "Hadits ini adalah bathil munkar." Al-Albani berkata, "Hadits tersebut bathil. Menurut saya, kelemahan hadits tersebut terletak pada seorang sanadnya yang bernama Bisyir. Dia ini majhul (asing/tidak dikenal)." Inilah yang dinyatakan oleh al-Uzdi dan dikuatkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul I'tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan.
Al-Albani berkata lagi, "Satu hal yang perlu digarisbawahi disini ialah bahwasanya semua riwayat/hadits yang menyatakan tentang keutamaan akal tidak ada yang shahih. Semua berkisar antara dha'if dan maudhu'. Saya telah menelusuri semua riwayat tentang masalah keutamaan akal tersebut dari awal. Di antaranya adalah apa yang diutarakan oleh Abu Bakar bin Abid Dunya dalam kitab al-Aqlu wa Fadhluhu. Disitu saya dapati ia menyebutkan bahwa riwayat ini tidaklah sahih."
Kemudian Ibnul Qayim dalam kitab al-Manar halaman 25 menyatakan bahwa hadits-hadits yang berkenaan dengan akal semuanya adalah dusta belaka!